Membeli barang memang sebuah hal yang lazim dilakukan untuk memenuhi kebutuhan. Seiring perkembangan zaman, kegiatan jual-beli pun mulai berkembang. Pasar konvensional menemukan pesaing dengan munculnya e-commerce beserta toko-toko online.
Ada kelebihan dan kekurangan dalam masing-masing, dari segi kepraktisan, kecepatan, hingga biaya. Toko online dengan mudah memasang gambar-gambar produknya, tak jarang juga menambahkan video untuk membuat konsumen yakin dengan barang dagangannya, menuliskan deskripsi lengkap, dan menampilkan ulasan barang yang diterima oleh pembeli.
Pembeli tinggal memasukkan barang yang ingin dibeli dalam keranjang dan membayar lewat atm, minimarket, atau melalui kurir sesuai cara yang diinginkan. Jika toko letaknya dekat bisa menggunakan pengiriman instan, jika toko letaknya jauh tinggal bersabar menanti kurir datang.
Berbeda dengan toko konvensional yang tersedia entah beberapa meter dari rumah, di dalam pasar, bahkan mal. Barang tersedia di depan mata, bisa dirasakan teksturnya, bisa langsung meminta barang yang lebih bagus jika ada cacatnya. Hanya saja kita harus mondar-mandir dari toko ke toko dan menempuh perjalanan pulang-pergi.
Membeli barang untuk orang yang disayang pertama kali terasa rumit. Tak ada pengalaman membeli barang untuk orang lain, apalagi seorang laki-laki. Tak paham ukuran dan selera desain cukup membuat bingung selama berhari-hari. Rasanya bukan kejutan lagi ketika tak ada angin tak ada hujan menanyakan ukuran pakaian.
Merasa cocok dengan ukuran, harga, dan tampilan, harus dikecewakan dengan stok kosong tanpa pemberitahuan. Menemukan barang dengan deskripsi dan ulasan yang bagus, belum bisa menjamin sepenuhnya jika barang sesuai dengan yang diinginkan.
Masih ada daftar kejutan yang belum tersampaikan. Sempat ragu untuk dikirim, tapi janji terasa seperti hutang. Berjuang mencari barang yang tepat untuk yang disayang. Semoga tidak mengecewakan.