Semenjak pandemi berlangsung waktu seakan tersita oleh angin, perasaan masih 2019 walau pada kenyataannya sudah 2023 sungguh terlalu, banyak momen yang sudah terlewat tanpa terekam jelas diingatan.
Sudah tiga kali lebaran terasa seperti sayur tanpa gula, atau mungkin saya saja yang jauh dari agama, entahlah.
Lebaran tidak lagi di rumah sendiri, sebab rumah hanya tersisa kenangan hanya wujud fisik yang sudah tua dan beberapa cat yang mulai mengelupas.
Namun rumah itu adalah tempat kembali, yah walaupun kadang kesal oleh suara aktivitas tetangga yang menggangu dan aparat desa yang sudah menagih pajak tanah saja padahal masih awal tahun.
Teman seumuran sudah tidak terlihat batang hidungnya, sekedar melepas penat sesekali nongkrong di warung kopi deket rumah, yah akhirnya bisa kembali ngopi di warung mangaep, tidak banyak berubah masih sama seperti waktu sma, hanya saja berganti cat menjadi warna biru cerah.
Memesan kopi indocafe seperti biasa dan air mineral, sebungkus rokok yang harganya semaki hari semakin mahal, mengapa tidak dilarang saja oleh pemerintah rokok ini, minimal derajatnya disamakan dengan barang terlarang seperti narkoba dll.
Mungkin jika dilarang dan disamakan seperti narkoba, saya tidak akan membelinya dan terpaksa harus berhenti hehe.
Entahlah, masih ada hari esok untuk dijalani.